Perbedaan antara yasinan dan tahlilan

Perbedaan antara yasinan dan tahlilan

Definisi Yasinan, Tahlilan dan Kenduri Kematian

Yasinan adalah acara membaca surat yasin yang biasanya juga dirangkai dengan tahlilan. Sedangkan kata tahlilan berasal dari kata kerja bahasa Arab hallala – yuhallilu – tahliilan (هلل – يهلل – تهليلا). Dan kata hallala sendiri memiliki arti membaca kalimat tauhid laa ilaaha illaAllah.

Di mana kata tahlilan itu sendiri, ada yang mengatakan diambil dari pola mashdar kata hallala yaitu tahlilan (تهليلا). Dan adapula yang mengatakan bahwa imbuhan “an” dalam kata tahlil-an mengisyaratkan kepada tradisi yang khas di Indonesia. Maka berdasarkan pendapat kedua ini, istilah tahlilan memiliki definisi sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata tahlilan didefinisikan sebagai, “Pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an untuk memohonkan rahmat dan ampunan bagi arwah orang yang meninggal.”

Adapun maksud dari kenduri kematian pada hari ke 7, 40, 100 dan 1000 dari kematian almarhum adalah kegiatan yang dilakukan oleh pihak keluarga almarhum, apakah sebatas keluarga saja ataupun dengan mengundang tetangga, dalam rangka melakukan ibadah-ibadah mutlak seperti shadaqah dan tahlilan, yang pahalanya diniatkan untuk dihadiahkan kepada almarhum. Dalam KBBI dijelaskan bahwa “kenduri-an” bermakna, “Perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat, dan sebagiannya.”

Biasanya tradisi ini diisi dengan membaca rangkaian-rangkaian pembacaan ayat-ayat al-Qur’an, doa, dan zikir yang disebut dengan tahlilan. Lantas kemudian ditutup dengan mauizah hasanah (nasehat) dan doa penutup.[1]

Pandangan Islam Terhadap Tradisi Tahlilan dan Yasinan, Bolehkah?

Rusman H SiregarMinggu, 07 Februari 2021 – 17:46 WIB

loading…

Tahlilan dan Yasinan adalah salah satu tradisi yang sering digelar kalangan muslim di Indonesia. Foto/SINDOnews

Di berbagai daerah di Indonesia, kalangan muslim sering menggelar Tahlilan, Yasinan, ulang tahun, haul atau selamatan dan ritual lainnya. Kegiatan ini pun menjadi tradisi bagi sebagian besar masyarakat muslim di Tanah Air. Bagaimana pandangan Islam terhadap hal ini?

Baca Juga: Sikap Terbaik Menyikapi Khilafiyah, Mari Simak Kisah Sahabat Nabi Ini

Menurut Ustaz Farid Nu’man Hasan, Dai lulusan Sastra Arab,para ulama fiqh mengatakan bahwa dalam Ushul Fiqih, ada istilah Al-‘Urf (tradisi), yaitu kebiasaan yang terjadi di sebuah daerah. Al-‘Urf ini terbagi 2 macam yaitu:

1. Al-‘Urf Ash-Shahih, tradisi yang baik lagi benar.

Yaitu tradisi yang tidak berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, tetapi isinya tidak bertentangan dengan Islam baik umum dan khususnya. Maka, tradisi ini tidak terlarang. Bahkan tradisi jenis ini adalah setara dengan dalil, seperti yang dikatakan para ulama Syafi’iyah (Mazhab Syafi’i) dan Hanafiyah (Mazhab Hanafi):

الثابت بالعرف كالثابت بالنص

“Ketetapan hukum karena tradisi itu sama seperti ketetapan hukum dengan nash/dalil.” (Syekh Muhammad ‘Amim Al Mujadidiy At Turkiy, Qawa’id Al Fiqhiyah, No. 101)

Syekh Abu Zuhrah rahimahullah mengatakan, bahwa para ulama yang menetapkan ‘Urf sebagai dalil, itu mensyaratkan sekiranya jika tidak ditemukan dalil dalam Al-Qur’an dan Sunnah, dan itu pun tidak bertentangan dengannya. Tapi, jika bertentangan maka ‘Urf tersebut mardud (tertolak), seperti minum khamr dan makan riba. (Ushul Fiqih, Hal. 418)

Ada pun tradisi yang masih debatable fiqihnya, baik Yasinan, Tahlilan, Ushalli, Nawaitu, dan semisal itu, maka itu bukan zona “kemungkaran”. Kemungkaran hanyalah pada perkara yang disepakati munkar dan haramnya.

Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah memberikan nasihat:

إذا رأيت الرجل يعمل العمل الذي قد اختلف فيه وأنت ترى غيره فلا تنهه

halaman ke-1

  • 1
  • 2

show all

وَاِذَا سَاَلَـكَ عِبَادِىۡ عَنِّىۡ فَاِنِّىۡ قَرِيۡبٌؕ اُجِيۡبُ دَعۡوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ فَلۡيَسۡتَجِيۡبُوۡا لِىۡ وَلۡيُؤۡمِنُوۡا بِىۡ لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُوۡنَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.

(QS. Al-Baqarah:186)

Artikel Terkait

  • yasinan
  • tahlillan
  • tahlil
  • ritual
  • ustaz farid numan hasan
  • Wanita Keputihan Apakah Najis dan Membatalkan Wudhu?
  • Hukum Menggabungkan Dua Niat Puasa Sunnah, Bolehkah?
  • Tahlilan Hari ke-3, 7, 40, 100: Benarkah Tradisi dari Hindu-Budha?
  • 10 Amalan Sunnah di Bulan Ramadhan, Yuk Amalkan!
  • Lebaran di Tengah Pandemi, Apakah Dianjurkan Berjabat Tangan?
  • Apakah Tidur dalam Keadaan Duduk Membatalkan Wudhu? Ini Penjelasan Ustaz Farid
  • Wabah Corona, Bolehkah Salat Memakai Masker?
Baca Juga :   Apabila hukum kekekalan energi mekanik berlaku untuk suatu sistem maka

REKOMENDASI

  • 3 Dosa yang Disegerakan Balasannya di Dunia, yang Terakhir Tidak Masuk Surga
  • Wajib Diketahui, Tiga Waktu yang Dilarang untuk Tidur
  • Kiamat Sudah Dekat, Tanda-Tanda yang Disebut Rasulullah Terus Bermunculan
  • Ustaz Adi Hidayat Temukan Obat Covid-19 Bersumber dari Hadis Nabi
  • Temuan Gunung Emas di Kongo, Benarkah Ini Pertanda Dekatnya Kiamat?
  • Pandangan Al-Quran, Kematian Bukan Hanya Sekali, tetapi Dua Kali
  • Kabar Kiamat dari Mata Air Zughar, Buah Kurma Baisan, dan Danau Tiberias

Hadits of The Day

Dari Umar bin Al Khaththab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

“Maukah kalian aku beritahu pemimpin kalian yang terbaik dan pemimpin kalian yang terburuk?

Pemimpin yang terbaik adalah mereka yang kalian cintai, dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan kebaikan kepada mereka, dan mereka pun mendoakan kebaikan kepada kalian,

Sedangkan pemimpin kalian yang terburuk adalah mereka yang kalian benci, dan merekapun membenci kalian, kalian melaknat mereka, dan mereka pun melaknat kalian.”

(HR. Tirmidzi No. 2190)

Terpopuler

  • 1

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

  • 6

  • 7

ARTIKEL LAINNYA

  • Doa agar Bisa Mengerjakan Ujian dengan Benar dan Diberi Kemudahan
  • 5 Doa untuk Kesembuhan Orang Tua
  • Pandangan Al-Quran, Kematian Bukan Hanya Sekali, tetapi Dua Kali
  • Gus Baha: Ini Solusi untuk Orang yang Banyak Utang
  • Proses Keluarnya Roh dari Jasad Manusia, Beruntungnya Orang Saleh
  • Pada Hari Kiamat Semua Makhluk Mati, Bagaimana dengan Malaikat?
  • Siksa dan Nikmat Kubur: Beberapa Fase Perjalanan Setelah Kematian Manusia
  • Sering Tak Disadari, Begini Cara Malaikat Mengawasi Manusia
  • Menjaga Hati Istri, Sunnah Rasulullah yang Harus Ditiru Para Suami
  • Lirik Sholawat Jibril Lengkap Arab, Latin, dan Artinya
  • more
  • QS. Al-Haqqah
  • QS. An-Nisa
  • QS. Yasin
  • QS. Az-Zumar
  • QS. Asy-Syura
  • QS. At-Takwir
  • QS. Yasin

SYIAR

Kisah Sang Pendongeng Islami

Tausiyah Ustadz Yusuf Mansur: Percayalah Kepada Allah

Masjid Muhammad Cheng Hoo Jambi Viral di Sosmed

SYIAR: Hubungan Hikmah Puasa Ramadhan dengan Pendidikan

Syiar: Rahasia Pembuka Pintu Rezeki

Jamaah Haji dari Luar Arab Saudi Belum Diperbolehkan, Gus Yaqut Hormati Putusan Saudi

Syiar: Zakat Fitrah

  • # kematian
  • # sholawat jibril
  • # hakekat kematian
  • # makhluk gaib
  • # hak hak istri
  • # lafadz lafadz sholawat
  • # dunia malaikat

Artikel Lainnya

  • Pandangan Al-Quran, Kematian Bukan Hanya Sekali, tetapi Dua Kali

  • Gus Baha: Ini Solusi untuk Orang yang Banyak Utang

  • Lirik Sholawat Jibril Lengkap Arab, Latin, dan Artinya

Sekilas Tentang Yasinan dan Tahlilan

Setiap warga muslim yang masuk kedalam lingkungan organisasi NU pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah kata tahlilan atau Yasinan. Kedua kegiatan ini sangat kental dengan kegiatan doa bersama untuk mendoakan orang yang sudah meninggal.

Kata tahlilan dan juga kata Yasinan sebenarnya muncul karena dalam doa yang di panjatkan tersebut mengandung kalimat tahlil dan juga doa dari surat Yasin. Sehingga orang lebih relevan dan mengenalnya sebagai tahilan dan Yasinan.

Acara tahlilan dan Yasinan tidak dilakukan sepanjang waktu. Biasanya orang-orang melaksanakannya pada hari ke 1 hingga ketujuh. Kemudian setelah itu dilanjutkan pada hari ke 40, hari ke 100 dan hari ke 1000.

Hukum Menghadiri Yasinan dan Tahlilan

Dalil Kedua

(Tanqih Al-Qoul)

ﻭﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﺗﺼﺪﻗﻮﺍﻋﻠﻰ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻣﻮﺍﺗﻜﻢ ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻣﻮﺍﺗﻜﻢ ﻭﻟﻮﺑﺸﺮﺑﺔ ماﺀﻓﺎﻥ ﻟﻢ ﺗﻘﺪﺭﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻓﺒﺄﻳﺔ ﻣﻦ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﺎﻥ ﻟﻢ ﺗﻌﻠﻤﻮﺍﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺀﺍﻥ ﻓﺎﺩﻋﻮ ﻟﻬﻢ ﺑﺎﻟﻤﻐﻔﺮﺓ ﻭﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﺍﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻋﺪﻛﻢ ﺍﻹﺟﺎﺑﺔ

Artinya:
“Bersedekahlah kalian untuk diri kalian dan orang-orang yang telah mati dari keluarga kalian walau hanya air seteguk. Jika kalian tak mampu dengan itu, bersedekahlah dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Jika kalian tidak mengerti Al-Qur’an, berdo’alah untuk mereka dengan memintakan ampunan dan rahmat. Sungguh Allah SWT telah berjanji akan mengabulkan do’a kalian.”

Baca Juga :   Menyebutkan kelebihan bahan tersebut

Dalil Ketiga

(Kasya-Syubhat li As-Syaikh Mahmud Hasan Rabi)

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﻓﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻬﺬﺑﻰ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻳﻌﻨﻰﻟﺰﺍﺋﺮ ﺍﻷﻣﻮﺍﺕ ﺃﻥ ﻳﻘﺮﺃﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺀﺍﻥ ﻣﺎﺗﻴﺴﺮﻭﻳﺪﻋﻮﻟﻬﻢ ﻋﻘﺒﻬﺎﻧﺺ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻰﻭﺍﺗﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ

Artinya::
“Dalam Syarah al-Muhamdzdzab Imam an-Nawawi berkata: Adalah disukai seorang berziarah kepada orang mati lalu membaca ayat-ayat Al-Qur’an sekedarnya dan berdo’a untuknya.”

Keterangan ini diambil dari teks Imam Syafi’i dan disepakati oleh para ulama yang lainnya.

Dalil Keempat

ﺇﻗﺮﺀﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﺗﺎﻛﻢ ﻳﺴﻰ

Artinya:
“Bacalah atas orang-orangmu yang telah mati, akan surat yasin” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Alhakim)

Dalil Kelima

(Fathul Mu’in pada Hamisy I’anatut Thalibin, juz III)

ﻭﻗﺪ ﻧﺺ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻰﻭﺍﻷﺻﺤﺎﺏ ﻋﻠﻰ ﻧﺪﺏﻗﺮﺍﺀﺓ ﻣﺎ ﺗﻴﺴﺮﻋﻨﺪﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻋﻘﺒﻬﺎﺍﻯ ﻻﻧﻪ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﺍﺭﺟﻰﻟﻼﺟﺎﺑﺔ ﻭﻻﻥ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺗﻨﺎﻟﻪﺑﺮﻛﺔ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻛﺎﻟﺤﻲﺍﻟﺤﺎﺿﺮ

Artinya:
“Dan telah menyatakan oleh Assyafi’I dan Ashab-nya atas sunnah membaca apa yang mudah di sisi mayit, dan berdo’a sesudahnya, artinya karena bahwasanya ketika itu lebih diharapkan diterimanya, dan karena bahwa mayyit itu mendapatkan barokah qiro’ah seperti orang hidup yang hadir.”

Kitab suci Al Qur’an diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk, rahmat, cahaya, kabar gembira dan peringatan. Maka kewajiban orang-orang yang beriman untuk membacanya, merenungkannya, memahaminya, mengimaninya, mengamalkan, berhukum dengannya, mendakwahkannya, dan lainnya

Baca:Membaca Al-Qur’an untuk Mayit Itu Dianjurkan dan Pahalanya Sampai

Inilah hikmah diturunkannya Al Qur’an, supaya ayat-ayatnya diperhatikan, diilmui, dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapat pelajaran, yaitu supaya diamalkan. Adapun membaca yasin dan tahlil di rumah orang kematian, atau ketika peringatan kematian, dan tasyakuran maka demikian itu merupakan perbuatan yang di syari’atkan. itu semua tertuang di atas tentang dalil-dalil yasinan dan tahlil. [dutaislam/ka]

ASAL USUL YASINAN DAN TAHLILAN

Bagikan ke Teman! :

Tweet

BAB 1 SEKILAS YASINAN DAN TAHLILAN

Diposkan oleh: Muhammad Soleh – Jumat, 29 Oktober 2010

Kata Yasinan dan Tahlilan seakan telah mendarah daging dihati masyarakat luas, terutama ditanah air kita Indonesia, secara umum dapat di pahami bahwa dua kata tersebut diatas biasanya berkaitan dengan peristiwa kematian, yang mana dua kata …ini diungkapkan dalam bentuk seperti acara peringatan terhadap kematian tersebut.

Acara yang diadakan oleh ahli mayit ini dihadiri oleh para kerabat , para tetangga, masyarakat sekitar, dan terkadang dengan mengundang beberapa orang jauh yang dianggap berpengaruh didaerah tersebut, hanya saja di beberapa tempat ada yang dibedakan/disendirikan antara yasinan yang biasanya diadakan pada malam jum’at dengan tahlilan yang dikaitkan dengan hitungan perhari dari kematian atau kadang disatukan dua acara tersebut dalam satu acara (hal ini sebagaimana survey Penulis dari sekitar 20 santri yang berasal dari propinsi yang berada di Indonesia). Dimulai dengan acara bacaan pujian, surat yasin atau surat yang lain, zikir-zikir, serta doa-doa yang ditujukan kepada sang mayit di alam kubur, sampai diakhiri dengan hidangan aneka makanan yang lebih dari alakadarnya, ditambah lagi biasanya mereka pulang dengan buah tangan (berkat) untuk dibawa pulang.

Dinamai yasinan karena diantara bacaan-bacaanya ada surat yasin yang menurut mereka ada berbagai keutamaan lebih disbanding surat-surat yang lain (padahal semua hadist yang menjelaskan keutamaan surat yasin tidak lepas dari derajat ‘lemah bahkan palsu’ sebagaimana yang akan kami sebutkan insya Allah). Dan dinamai tahlilan karena termasuk yang dibaca diantara dzikir-dzikirnya adalah kalimat “La ilaha illallah (kailmat ini disebut Tahlil).

Sudah menjadi kelaziman kalau ada yasinan dan tahlilan mesti ada aneka hidangan yang biasanya lebih dari sekedarnya, dan acara yang banyak dijumpai di pedesaan ini ternyata dijumpai diperkotaan juga, hanya saja kalau didaerah perkotaan biasanya acara ini berlangsung agak ringkas/cepat, dan aneka makanannya dihidangkan lebih praktis yaitu dengan cara membagi nasi kotak plus minuman didalamnya atau semisalnya.

Baca Juga :   Bagaimana cara Mengatasi faktor penghambat kreativitas dalam berwirausaha

Acara ini tidak hanya sekali diadakan, bahkan biasanya akan diadakan dari hari pertama dan atau diteruskan sampai hari ketujuh dari hari kematiannya, tiap malam jumat atau bisa berbeda menurut kebiasaan disuatu daerah tertentu, seperti hari keempat puluh, keseratus, keseribu (nyewu) atau diadakan setiap tahun.

Acara ini asal usulnya adalah dari warisan nenek moyang yang sudah berabad-abad lamanya, dan entah siapa pencentusnya, yang jelas acara ini dimaksudkan untuk mengirimkan pahala bacaan-bacaan khusus buat mayit.

Acara ini telah menjadi satu keharusan yang memberatkan dan terpaksa diadakan oleh ahli mayit, sehingga sulit untuk dihindarkan, apalagi dihapuskan, bahkan tidak jarang diantara mereka harus menghutang kesana-kemari demi hanya untuk mengadakan acara tersebut, karena ternyata menurut pengakuan yang telah meninggalkan acara yan memberatkan ini, alsan yang paling kuat mengapa mereka harus mengadakan adalah

– takut diasingkan

– dianggap melawan adat kalau tidak menyelenggarakan acara tersebut

Tidak hanya cukup disitu, bahkan beberapa orang yang gemar mendatangi acara ini tidak segan-segan mengatakan ini sunnah rasul yang seyogyanya terus dilestarikan, baik dengan menyitir hadist-hadist nabi
صلی الله عليه وسلم
(padahal hadistnya lemah dan palsu), atau menafsirkan hadist-hadist dengan penafsiran yang jauh dari kebenaran, atau sekedar mengutip fatwa-fatwa guru mereka, kemudian menyandarkan bahawa acara seperti ini adalah termasuk ciri khas dari penganut mazhab Syafi’i. (padahal justru mazhab syafi’i sebenarnya yang mengatakan ini termasuk bid’ah yang mungkar sebagaimana akan saya jelaskan insya Allah.)

ASAL USUL TAHLILAN

Sebelum Islam masuk ke Indonesia, telah ada berbagai macam kepercayaan yang dianut oleh sebagian besar penduduk tanah air ini, diantaranya keyakinan-keyakinan yan mendominasi saat itu adalah Animisme dan Dinamisme. Diantara mereka menyakini bahwa arwah yang telah di cabut dari jasadnya akan gentayangan disekitar rumah selama tujuh hari, kemudian setelahnya akan meninggalkan tempat tersebut dan akan kembali pada hari ke empat puluh, hari keseratus dan hari keseribunya atau mereka menyakini bahwa arwah akan datang setiap tanggal dan bulan dimana dia meninggal ia kan kembali ketempat tersebut (dan keyakinan seperti ini masih melekat kuat di hati kalangan orang awam ditanah air ini sampai hari ini). sehingga masyarakat pada saat itu ketakutan akan gangguan arwah

tersebut dan membacakan mantra-mantra sesuai dengan keyainan mereka.

Setelah Islam masuk dibawa oleh ulama yang berdagang ke tanah air ini, mereka memandang bahwa ibi adalah suatu kebiasaan yang menyelisihi syariat Islam, lalu mereka berusaha menghapusnya dengan perlahan, dengan cara memasukkan bacaan-bacaan thoyyibah sebagai pengganti mantra-mantra yang tidak dibenarkan menurut ajaran Islam dengan harapan supaya mereka bias berubah sedikit demi sedikit dan meninggalkan acara tersebut menuju acara Islam yang murni. Akan tetapi sebelum tujuan akhir ini terwujud, dan acara pembacaan kalimat-kaimat toyyibah ini sudah menggantikan bacaan mantra-mantra yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, para ulama yang bertujuan baik ini meninggal dunia, sehingga datanglah generasi selanjutnya yang mereka ini tidak mengetahui tujuan generasi awal yang telah mengadakan acara tersebut dengan maksud untuk meninggalkan secara perlahan.

Perkembangan selanjutnya datanglah generasi setelah mereka dan demikian seterusnya, kemudian pembacaan kalimat toyyibah ini mengalami banyak perubahan baik penambahan atau pengurangan dari generasi ke generasi, sehingga sering kita jumpai acara tahlilan disuatu daerah berbeda dengan prosesi tahlilan di tempat lain (ini menunjukan bahwa acara yasinan dn tahlilan sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh nabi kita dan tidak pernah dilakukan oleh para sahabat yang mulia dan juga bukan termasuk sunnah, seandainya mereka telah melakukannya pasti sampai khobarnya kepada kita bagaimana prosesi acara tersebut, sebagaimana sunnah-sunnah yang jelas disyariatkan dan telah mereka lakukan, sehingga kita mengetahui bagaimana kita harus mengamalkannya sesuai dengan contohnya.) Sampai hari ini

http://islamtanpasyirikkhurafatdanbidah.blogspot.com/2010/10/bab-1-sekilas-yasinan-dan-tahlilan.html

Dapatkan selalu update dari blog ini!
Dengan memasukkan email anda dibawah, lalu nikmati update blog ini langsung ke email anda.

Perbedaan antara yasinan dan tahlilan

Posted by: pskji.org